Sabtu, 11 Juni 2011

Contoh Laporan pemangkasan (prunning)


ACARA VIII
PEMANGKASAN (PRUNNING)

BAB I

PENDAHULUAN

                        Latar belakang
Kayu yang berkualitas baik haruslah tidak memiliki cacat,  termasuk mata kayu (knots). Mata kayu ini dapat disebabkan oleh adanya cabang atau hal lain. Cabang-cabang akan ajtuh  dengan sendirinya, apabila fungsi fisiologisnya terhadap batang telah habis (Anonim,2004).
Dalam pemangkasan tegakan, cabang-cabang  dari pohon dalam tegakan untuk meningkatkan kualitas kayu pada tebangan akhir. Pembuangan cabang-cabang fisik maupun biotis oleh faktor lingkungan disebut pemangkasa alami yang terjadi secara lambat dalam pertumbuhan kehidupan tanaman.
Pada tegakan yang mempunyai jarak tanam yang lebar perlu dilakukan pemangkasan cabang secara luas. Pemangkasan dapat mencegah menjalarnya penyakit, dan juga untuk menghindari gangguan dari cabang-cabang yang lebih besar. Tujuan utama pemangkasan buatan adalah diperolehnya kayu yang panjang (tinggi batang bebas  cabang) dan bersih dari mata kayu dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan jika dibiarkan secara alami (Anonim,2004).
Pemangkasan yang kurang hati-hati akan dapat menyebabkan gangguan mekanik pada batang, luka-luka yang tertinggal akan menularkan penyakit ke kayunya, atau kerusakan lain pada batang. Kerusakan ini dapat terjadi diakibatkan oleh  penggunaan alat-alat yang kurang tajam, atau pemangkasan yang  terlalu keras, yaitu pemotongan cabang dan daun terlalu banyak sehingga pertumbuhan tegakan menjadi terhambat.
Dalam tegakan campuran, pemangkasan ditujukan terutama pada jenis-jenis yang sukar mengadakan pemangkasan sendiri, tetapi menghasilkan kayu yang lebih berharga jika kayu tersebut diberi perlakuan yang tepat atau dibersihkan. Pohon-pohon yang  dipangkas haruslah dipilih individu-individu yang baik, yang akan memberikan harapan akhir pada tanaman. Biasanya pemangkasan ditujukan  pada kelas-kelas pohon yang dominan.

1.1.  Tujuan
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui cara-cara perawatan/pemeliharaan tegakan hutan secara langsung di lapangan  dengan cara pemangkasan cabang.























BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

           
Yang dimaksud dengan pemeliharaan hutan adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan usaha untuk meningkatkan nilai tegakan atau nilai hutan. Pemeliharaan hutan bertujuan untuk mandapatkan keseimbangan yang sebaik-baiknya secara biologis dan ekonomis agar mendapatkan hasil yang lestari dan maksimal.
 Pemeliharaan hutan adalah penebangan sebagian dari tegakan hutan secara bijaksana untuk memperbaiki pertumbuhan tegakan. Pemeliharan tegakan berguna untuk memperbaiki dan menaikkan jumlah  kayu yang diproduksi oleh hutan (Baker,1992). Sistematik yang baik dari pelaksanaan pemeliharaan hutan ini merupakan salah satu ciri yang khas dari tindakan slvikultur  modern.
Pohon mempunyai bagian vegetatif termasuk diantaranya tunas dan cabang. Sering kali cabang pada batang tidak tumbuh normal. Percabangan dari pohon mempunyai bermacam-macam bentuk. Hal ini sesuai dengam sifat genetiknya. Cabang pada pohon ada tetap melekat sampai beberapa tahun,   tetapi ada juga yang cepat lepas dari batang pokok. Keadaan ini lebih ditentukan oleh faktor lingkungan (fisik dan biotik)  yang disebut pruning secara alami. Pruning secara alami terjadi sangat pelan. Sedangkan tindakan menghilangkan cabang dari batang yang terpilih untuk meningkatkan kualitas dan nilai dari tegakan yang disebut pruning buatan.
Pemotongan cabang menghilangkan cabang-cabang dari batang pohon pada umur awal agar dapat bebas dari mata kayu. Pada rotasi kurang dari 100 tahun, satu-satunya cara untuk mendapatkan sejumlah kayu yang bersih dari cacat adalah dengan jalan pemotongan cabang secara buatan. Cabang-cabang jenis intoleran akan mati ketika pohon tumbuh pada jarak tanam rapat, tetapi  cabang-cabang mati biasanya tidak akan jatuh  dari seluruh batang bawah pada umur muda. Di samping itu, jarak tanam rapat yang diperlukan untuk kematian semua cabang pada batang bagian bawah, bisa menimbulkan kehilangan produksi volume yang laku dijual.
Kegiatan silvikultur dalam pemeliharaan hutan menekankan pada tata cara pemeliharaan tegakan dan prosedur pelaksanaannya  yang mengacu kepada usaha menekan tingkat kerusakan kayu. Sifat silvikultur bergantung pada kondisi tegakan dan tipe-tipe hutan yang bervariasi.  Dengan upaya pemeliharaan dan  perbaikan tegakan hutan ini maka diharapkan  akan mendapatkan hasil panenan kayu yang baik, tanpa cacat mata kayu  dan volume kayu total yang tinggi(Alam Setia Zain, 1997).




4.1. Hasil
1. Hasil pengamatan plot 10 x 10 meter
No
Jenis pohon
Tinggi (m)
Diameter (cm)
Kondisi pohon
Total
TBC
1
Smitenia macrophila
10
4
13.06
Dominan
2
Smitenia macrophila
6
2
6.37
Tertekan
3
Apocynaceae
6
1.5
7.32
Tertekan
4
Smitenia macrophila
7
5
5.41
Tertekan
5
Smitenia macrophila
14
6
10.83
Tertekan
6
Smitenia macrophila
12
1.9
14.33
Tertekan
7
Smitenia macrophila
14
1.27
18.46
Tertekan
8
Alstonia sp
10
6
16.56
Dominan
9
Smitenia macrophila
8
4
15.60
Dominan
10
Smitenia macrophila
20
3
12.74
Tertekan
11
Smitenia macrophila
8
3
9.55
Tertekan
12
Paraserienthis palcataria
26

49.04
Dominan
13
Smitenia macrophila
10
5
10.51
Tertekan
14
Smitenia macrophila
15
5
20.38
Dominan
15
Smitenia macrophila
10
4
22.93
Dominan

2.        Proyeksi tegakan secara horizontal












Keterangan : X  = Cabang yang dipangkas
Pemangkasan  dilakukan agar :
  1. Didapatkan TBC yang lebih tinggi
  2. Menambah pertumbuhan diameter
  3. Pohon tersebut lebih bernilai ekonomis
Catatan : Pemangkasa sebaiknya dilakukan pada saat  cabang masih berukuran kecil
3. Proyeksi tegakan secara  vertikal














Keterangan :
Kedudukan pohon dominan pada  pohon 1 dan 2
Kedudukan pohon kodominan pada pohon 3 dan 4



4.2.Pembahasan
Dari hasil praktikum dan hasil  pengamatan yang telah dilakukan  dapat dilihat bahwa tegakan  Swietenia macrophylla ( Mahoni) di belakang laboratorium  kehutanan Universitas Bengkulu memiliki  tinggi total yang cukup tinggi. Percabangan pada pohon yang diamati tidak banyak sehingga  tinggi bebas cabangnya cukup tinggi dan diameternya juga  cukup besar.
Dari  pengamatan dapat dilihat bahwa tinggi  total pohon  mencapai 13 meter hingga  15.5 meter dengan tinggi bebas cabang  2,5 meter hingga 4.5 meter, sedangkan diameternya  10.5 cm hingga 14.8 cm.
Dilihat dari kondisi topografi, kondisinya cukup bagus untuk menunjang pertumbuhan pohon. Kondisi tanahnya juga baik bagi pertumbuhan pohon. Walaupun demikian pohon-pohon yang diamati memiliki percabangan yang banyak sehingga kondisi pohon kurang bagus, tinggi bebas cabangnya ada yang tinggi dan ada yang sangat rendah. Pada percabangan pohon yang ditandai adalah percabangan yang harus dilakukan pemangkasan sehingga akan mendapatkan tinggi bebas cabang yang tinggi. Perlakuan pemangkasan ini dilakukan pada  pohon  Mahoni 1,2, dan 3 karena percabangannya masih kecil. Apabila pemangkasan ini dilakukan selain  mendapatkan tinggi bebas cabang yang tinggi juga didapatkan kondisi batang yang baik, karena   bekas  mata tunas tidak terlalu tampak.
Pada pohon Mahoni 4 percabangannya sangat rendah dan diameter percabangannya sudah sangat besar sehingga tidak dilakukan tindakan  pemangkasan. Apabila dilakukan pemangkasan, pohon ini akan mengalami pertambahan tinggi bebas cabang akan tetapi kondisi batang sangat buruk karena bekas mata tunas yang sangat besar dan merusak kondisi batang.
Dengan demikian  untuk mendapatkan  pohom  yang memiliki tinggi total dan tinggi bebas cabang yang tinggi maka disarankan agar perlakuan  pemangkasan sebaiknya   dilakukan pada  percabangannya yang masih  muda dan  berukuran yang masih  kecil sehingga dapat  menghindari adanya  mata tunas yang memperburuk kondisi  batang. Pemangkasan secara alami juga harus dihindari, karena pemangkasan alami  memberikan dampak yang buruk  dengan adanya mata tunas  pada pohon.


























BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum  dan analisa data, maka dapat disimpulkan :
  1. Tegakan Mahoni  di belakang laboratorium kehutanan Universitas Bengkulu kurang terpelihara atau tidak diberikan  perlakuan silvikultur yang baik sehingga  kondisi pohonnya kurang baik.
  2. Pemangkasan alami dapat mengakibatkan kondisi pohon yang buruk karena adanya mata tunas.
  3. Pemangkasan buatan terhadap pohon sebaiknya dilakukan pada percabangan yang masih muda dan berukuran kecil.
  4. Pemangkasan cabang dapat menambah tinggi bebas cabang pohon.

1.1.  Saran
Melihat kondisi tegakan mahoni tersebut maka  penulis menyarankan sebaiknya dilakukan  perlakuan silvikultur yang baik dan benar terhadap tegakan hutan  oleh silvilkultiris UNIB, jika ada kemungkinan penebangan maka akan smendapatkan kayu log yang bagus.  

Contoh Laporan sumber benih


ACARA III
SUMBER BENIH
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1.latar belakang
Sumber benih adalah suatu sumber (bisa berupa tempat, lokasi, pohon, tegakan) dimana benih itu diperoleh. Benih merupakan awal dari regenerasi suatu tegakan. Kualitas sumber benih merupakan  atau menunjukan kualitas dari keadaan tegakan yang akan dihasilkan. Selain itu keadaan kondisi benih juga berpengaruh terhadap keadaan tegakan yang dihasilkan.
Sumber benih pada dasarnya terdiri atas kebun benih, tegakan benih, APB, baru kemudian hutan alam atau tegakan sembarang dan pohon biji sembarang. Asal sumber benih akan bepengaruh pada kualitas tegakan.
Syarat pohon yang dapat dijadikan sumber benih antara lain adalah pohon memiliki pohon bebas cabang yang tinggi, pohon yang memiliki biji yang banyak, pohon memiliki batang yang lurus (pohon yang sempurna).

1.2.Tujuan
Untuk mengetahui pohon atau tegakan  yang dapat dijadikan sumber benih bagi perbanyakan tanaman hutan





 







BAB II.

  TINJAUAN PUSATAKA


Yang dimaksud dengan sumber benih adalah suatu sumber ( bisa berupa tempat, lokasi, pohon, tegakan ) dimana benih tersebut diperoleh.
            Macam- macam sumber benih :
1.        Hutan alam atau tegakan sembarang dan pohon biji.
Sumber benih yang berasal dari hutan alam adalah untuk jenis-jenis yang tumbuh asli pada suatu tempat ( sebaran alam ). Biasanya benih diambil dari pohon-pohon biji. Tegakan sembarang artingya benih tersebut diambil  dari tegakan. Sembarangan . jadi tegakan tersebut tidak direncanakan  sebelumnya sebagai tegakan benih, karena pohon penyusun tegakan tersebut  menghasilkan biji-biji yang cukup banyak, sehingga biji-biji tersebut dapat diambil dan kemudian diseleksi untuk kemudian dijadikan benih.
Pohon benih , berupa pohon yang meproduksi yang cukup banyak , bisas berupa pohon penyusun tegakan , pohon-pohon individu  (di perkarangan  dan di tepi jalan ) dan bisa juga pohon sebagai penyusun hutan baik hutan alam maupun hutan buatan. Umumnya pohon benih yang ditunjuk  tersebut mempunyai  kelebihan dibandingkan dengan pohon-pohon  lain yang sama spesiesnya, namun kualitasnya lebih baik.
Kualitas  yang dimaksud  dapat berupa sifat yang nampak ( fenotif ), misalnya kelurusan batang,kerampingan tajuk, tidak adanya percabangan yang mengarpu. dll . Apabila benih diperoleh dari pohon biji yang berfenotif yang baik, maka benih yang dihasilkan oleh pohon benih tersebut mestinya lebih baik dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh tegakan sembarang.
2.        Areal produksi benih
Areal produksi benih , dapat berupa hutan alam dan hutan buatan yang penting spesiesnya tertentu  (spesies yang diingankan) , di situ dijumpai ada pohon –pohon penyusun tegakan/ hutan yang fenotifnya bagus-bagus, produksi buahnya banyak.
Dengan demikian ada beberapa kreteria APB :
o   Areal yang cukup luas.
o   Dijumpai jenis pohon induk yang kualitasnya baik.
o   Jenisnya tertentu (sesuia dengan yang diinginkan )
o   Produksi buahnya banyak.
o   Kondisi tanahnya cukup baik.
o   Kalau memungkinkan diketahui umurnya. (tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda).
o   Iklim  sesuai yang ditandai oleh pertumbuhan tanaman yang bagus dan tanaman mau berbuah dan lain-lain.
Pada Areal produksi benih ini belum bisa dilihat sifat-sifat genetikanya dari benih yang dihasilkannya.
Areal produksi benih dapat dibeadakan  dalam. :
Ø  Daerah plus, artinya didaerah penghasil benih tersebut sebagian besar atau banyak dijumpai pohon-pohon biji yang bekualitas bagus (plus), baik tajuk maupun percabangan yang ramping dan batang yang lurus.
Ø  Derah normal, bila daerah tersebut masih  banyak dijumpai pohon-pohon biji (pertumbuhan baik tajuknya banyak yang lebar dan ramping ataupun sifat-sifat lain).
Ø  Daerah minus, bila pada daerah tersebut  sangat jarang dijumpai pohon biji yang kualitasnya bagus

Tegakan benih
Tegakan benih adalah merupakan perkembangan berikutnya  dari APB, terutama APB yang berupa tegakan.
Pada tegakan benih telah diupayakan perlakuan  untuk mengoptimalkan produktivitas benih yang dihasilakn  ( baik dalam jumlah maupun kualitasnya).
Tegakan benih mempunyai ciri-ciri :
Ø  Pohon sejenis  dan hampir seragam.
Ø  Luasnya cukup dan dekat dengan jalan.
Ø  Kualitas pohonnya rata-rata baik.
Ø  Kondisi tanah baik ( rata- landai, aerasi tanahnya baik dan subur)
Ø  Pertumbuhan pohonnya baik.
Ø  Iklimnya sesuai.
Ø  Umurnya tidak terlalu tua dan terlalu mudah.
Ø  Bila memungkinkan  dapat diairi.
Ø  Tidak ada gejala serangan hama dan penyakit pada pohon penyusun tagakan.
Sehubungan dengan umur pohon, perlu diketahui bahwa pohon induk  tua biasanya menghasilkan buah yang kecil bahkan sering buah yang dihasilakan sudah kurang viabilitasnya.sedangkan pohon yang terlalu muda, buah umumnya besar-besar, namun sering ditemui vigoritas keturunannya  baik.
3.        Kebun benih.
Kebun benih keberadaannya sudah direncanakan sebelumnya dengan matang, jenisnya tertentu ( sesuai  dengan jenis yang dikehendaki), umurnya sama, benihnya berasal dari pohon induk yang diketahui sifatnya (melalui berbagai jenis uji genetika) sehingga sudah diketahui sifat-sifat genetikanya.
Persyaratan lokasi kebun benih:
Ø   Lokasinya mudah dijangkau, datar landai.
Ø   Ada jalan angkutan.
Ø   Luasnya cukup ( meliputi luas efektif untuk kebun benih dan untuk jalur isolasi).
Ø   Iklminya sesuai dengan persyaratan jenis yang ditanam.
Ø   Lahann subur dan cocok untuk spesies tersebut.
Ø   Ketinggian tempatnya sesui dengan yang dituntut oleh jenis tersebut.
Ø   Bila memungkinkan bisa diairi.
Ø   Terhindar dari ganguan (hewan , manusia, H/P)
Ø   Jauh dari kemungkian terkena bencana alam.

Persyaratan manajemen pengolaan kebun benih :
·        Harus ditangani oleh orang yang ahli pemulian pohon.
·        Pertamanan uji mengguanakan metode dan rancangan yang tepat dan benar.
·        Administrasi dan sistem pengarsipan yang baik, sehingga dapat diikuti dari waktu  ke waktu.
·        Pengawasannya ketat  dan dijaga jangan sampai terjadi cross polination  dengan pohon diluar kebun benih.
·        Dilengkapi sarana dan prasarana yang lengakap.





BAB III.

METODOLOGI


3.1  Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum tentang sumber benih ini dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2004    bertempat  di Taman Hutan Raya  Rajolelo.
3.2  Bahan dan Alat
Bahan  : Pohon dan tegakan hutan di TAHURA.
Alat     : D-tape, haga meter.
3.3  Cara Kerja
1.          Setiap kelompok membuat plot (ukuran 10 X10 m) , kemudian petakan tegakan yang ada dalam plot dan proyeksikan tajuknya.
2.      Mencatat jenis pohon yang ada dalam plot,ukur tinggi dan diameter serta jenisnya.
3.      Mencatat kondisi pohon/tegakan , sesuaikan dengan kondisi yang dibutuhkan untuk sumber benih seperti : berbunga, berbuah, bentuk/kondisi tajuk,percabangan.
4.      Membuat profil tegakannya (struktur tegakan) pada salah satu sisi plot.

HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
No
Nama Jenis
Tinggi (cm
Diameter (cm)
Bunga / tidak
Buah / tidak
Bentuk tajuk
percabangan
1
Gnetum gnomoides b
9.5
15.9
Tidak
Bunga
Banyak
simpodial
2
Cinnamomum sp
20
18.5
Bunga
Tidak
Banyak
Monopodial
3
Gnetum sp
9
14.2
Tidak
Tidak
Banyak
Monopodial
4
Pinang
14
15.6
Bunga
Bunga
sedikit
Simpodial
5
Gnetum sp
7
13.6
Tidak
Tidak
Banyak
Monopodial
6
Gnetum sp
8
10.3
Tidak
Tidak
Banyak
Monopodial
7
Artocarpus integra
10
11.7
Tidak
Tidak
Sedikit
Simpodial
8
Casia seamea
15
31.2
Tidak
Tidak
Banyak
Monopodial
9
Cinnamomum sp
22.5
74.3
Bunga
Bunga
Banyak
Monopodial
10
Durio zibethinus
12
12.1
Tidak
Tidak
Banyak
Monopodial
11
Pinag
12
14
Bunga
Bunga
Sedikit
Simpodial
12
Gnetum sp
9
12.1
Tidak
Tidak
Banyak
Simpodial
13
Casia seamea
6
13.31
Tidak
Tidak
Sedikit
Simpodial
14
Gnetum sp
4
8.5
Tidak
Tidak
sedikit
monopodial
15
Casia seamea
8
7
Tidak
Tidak
Banyak
simpodial
Kondisi pohon
  1. Batang bagus, lurus, tinggi dan percabangannya simpodial, tajuk banyak
  2. Batang jelek, tinggi sedang dan percabangan monopodial, tajuk banyak
  3. Batang bagus, lurus,tinggi dan percabangan sedikit monopodial, tajuk banyak
  4. Batang lurus, bagus, tinggi, percabangan simpodial, tajuk sedikit
  5. Batang lurus, bagus rendah, percabangan monopodial, tajuk banyak
  6. Batang bagus, lurus, tinggi, percabangan monopodial, tajuk banyak
  7.  Batang bagus, lurus, tinggi, percabangan simpodial, tajuk sedikit
  8. Batang bagus, lurus, tinggi, percabangan monopodial, tajuk banyak
  9. Batang bagus, lurus, tinggi, percabangan monopodial, tajuk banyak
  10. Batang bagus, lurus, tinggi, percabangan monopodial, tajuk banyak
  11. Batang bagus, lurus, tinggi, percabangan simpodial, tajuk sedikit
  12. Batang bagus, lurus, tinggi, percabangan simpodial, tajuk banyak
  13. Batang bagus, lurus, agak rendah, percabangan simpodial, tajuk sedikit
  14. Batang bagus, lurus, rendah, percabangan monopodial, tajuk sedikit
  15. Batang bagus, lurus, tinggi, percabangan simpodial, tajuk banyak
Proyeksi tajuk










Profil tajuk











 

4.2. Pembahasan

Dari kegiatan yang telah dilakukan, pengamatan pada tegakan dan analisa data, maka  diketahui pada plot 10 x10 yang dibuat terdapat  15 pohon. Pohon yang memiliki kondisi fisik yang terbaik adalah pohon nomor  9 yaitu Cinnamomum sp dengan  tinggi 22.5 meter, diameter 74.3 cm, tajuk membulat dan percabangan monopodial. Pohon ini juga bersifat dominan. Dengan kondisi fisiknya yang sangat tinggi maka pohon ini mandapatkan cahaya matahari yang lebih banyak dari pohon  yang lain disekitarnya. Kondisi  yang lainnya antara lain  batangnnya lurus, bagus,tinggi dan percabangannya sedikit.

Pada pohon yang lain bukan tidak cocok dijadikan sumber benih, tetapi keadaannya yang kurang baik pada bagian  tertentu pohon, sehingga diragukan akan menurunkan sifat genetisnnya pada keturunan selanjutnya. Keadaan ini mencakup batang yang jelek, bengkok, rendah dan percabangannya banyak.

Untuk permudaan hutan  diperlukan sumber benih yang berkualitas baik sehingga akan didapatkan regenerasi yang berkualitas baik pula. Pohon sumber benih yang ada hendaknya dijaga agar dapat regenerasi pohon berkualitas akan berlangsung secara kontinu.

BAB V.

KESIMPULAN DAN SARAN

 

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan, maka dapat dimpulkan bahwa :

1.      Ciri-ciri pohon yang dapat dijadikan sumber benih adalah  pohon dengan tinggi total yang tinggi, diameter besar, tinggi bebas cabang yang tinggi, batang lurus lurus dan percabangan sedikit.

2.      Pohon sumber benih biasanya bersifat dominan.
3.      Pertumbuhan pohon dominan sangat bagus



5.2. Saran
Perlu dilakukan kegiatan perawatan terhadap pohon sumber benih